Tuesday, April 8, 2008

Nabi Muhammad SAW Rajanya Entrepreneur

Perhatian terhadap cara bisnis Nabi Muhammad SAW ini mulai mengemuka seiring dengan munculnya kembali konsep ekonomi Islam. Selain membangun kerangka Teori Ekolomi Islam dan berbagai aspeknya, juga dicari tokoh yang dapat dijadikan teladan dalam pengolaan sumber – sumber ekonomi. Muhammad SAW merupakan figur yang dapat dijadikan teladan dalam bisnis dan perilaku ekonomi yang baik. Beliau tidak hanya memberi tuntunan dan pengarahan tentang bagaimana kegiatan ekonomi dilaksanakan, tetapi beliau mengalami sendiri menjadi seorang pengelola bisnis atau wira usaha.
Kewirausahaan (entrepreneurship) tidak terjadi begitu saja tetapi hasi dari suatu proses yang panjang dan dimulai sejak beliau masih kecil. Hal ini sesuai dengan hasil penilitan yang dilakukan oleh Collin dan Moores (1964) dan Zaleznik (1976) yang mengatakan berkesimpulan bahwa “ the act of entrepreneuship is an act patterned after modes of coping with early childhood experience.” Pendapat seperti diamini oleh kebanyakan guru leadership yang sepakat bahwa apa yang terjadi pada tahun – tahun pertama kehidupan kita akan membuat perbedaan yang berarti dalam kehidupan berikutnya .
Menurut mereka, pengalaman masa kecil dapat mengaruhi kesusksesan dan daya kritis, kemauan mencoba, disiplin, dan sebagainya yang akan membantu seseorang untuk mrngembangkan rasa percaya diri serta keinginan berprestasi. Sebaliknya, pengalaman masa kecil juga dapat menyebabkan sesseorang untuk tidak melakukan hal – hal tersebut.

Many greatment started as newspapers boy, “ kata orang bijak. Untuk menjadi seseorang pemimpin atau wirausaha yang tangguh, pengalaman masa kecil itu tidak positif atau menyenangkan. Sebuah penelitian terhadap beberapa pemimpin yang dilakukan oleh Manfred Kets de Vries (1995) berkesimpulan bahwa kerasnya kehidupan masa kecil menimbulkan dorongan untuk memimpin:

Because of the hardship they have encountered, many of the them seem to be on mission: they are going to prove the world wrong; they are going to show everyone that they can amount to something. Many of them, suffering from what could be called the count of monte Cristo complex (after Alexander dumas’s novel ), go even further: they have a very strong need to get even for the wrongs done to them at earlier periods in their lives.

Dalam konteks Nabi Muhammad SAW, beliau mempunyai pengalaman yang pahit dengan terlahir sebagai anak yatim. Ayahnya, Abdullah bin Abdul Muthalib, meninggal ketika Muhammad masih dalam kandungan ibunya. Beliau sempat mempunyai pengalaman yang menyenangkan ketika diasuh Halimah. Setelah sempat berbahagia hidup bersama ibunya, Muhammad kecil menjadi yatim–piatu ketika berumur 6 tahun. Kemudian beliau diasuh oleh kakeknya Abdul Muthalib dan, setelah wafat, dilanjutkan oleh pamannya Abu Thalib. Sayangnya, Abu Thalib merupakan salah satu anak Abdul Muthalib yang paling sederhana hidupnya, sehingga tidak jarang Muhammad kecil harus membantu ekonomi keluarga sang paman dengan bekerja “serabutan” kepada penduduk Makkah. Pengalaman masa kecil seperti ini lah yang menjadi modal pisikologi beliau ketika menjadi seorang wirausahawan di kemudian hari.

Pekerjaan menggembala ternak merupakan pekerjaan yang umum dilakukan oleh para nabi dan rosul, seperti Musa, Daud, dan Isa alaihimussalam. Menurut catatan sejarah, di masa kecil Muhammad SAW pernah mengembala ternak penduduk Makkah. Muhammad SAW pernah mengatakan, “semua nabi pernah mengembala ternak.” Para sahabat bertanya, “bagaimana dengan anda ya Rasullah?” beliau menjawab, “Allah tidak mengutus seorang nabi melainkan dia itu pernah mengembala ternak.” Sahabat kemudian bertanya lagi ,”Anda sendiri bagaimana ya Rasullah?” beliau menjawab, “Aku dulu pernah mengembala kambing penduduk Makah dengan upah beberapa qirath.”

Pekerjaan menggembala ternak merupakan pekerjaan yang memerlukan keahlian leadership dan manajement yang baik. Para penggembala harus mampu mengarahkan ternaknya ke padang gembalaan yang subur dengan rumput menghijau. Di samping itu, mereka juga harus dapat mengendalikan hewan ternak agar tidak tersesat. Mereka juga harus melindungi ternaknya dari berbagai ganguan seperti dari hewan pemangsa dan para pencuri. Ini semua merupakan bentuk fungsi kepemimpinan dan manajemen. Mungkin latar belakang seperti ini memang digariskan Allah SWT kepada calon rasul yang akan mengemban risalah kenabian dan memimpin umat

Latar belakang masa kecil seperti ini tentunya sangat berpengaruh dalam pembentukan jiwa kewirausahaan yang dipilih Nabi Muhammad SAW sebagai profesi pedagang dikemudian hari. Dan membjadikan Beliau menjadi pemimpin yang ideal dan mempunyai kepedulian yang tinggi terhadap orang-orang yang kuran beruntung, seperti anak-anak yatim dan orang-orang miskin.

Kami khususnya siswa-siswi Daarul Fikri, umumnya seluruh kaum Muslimin sebagai pengikut Nabi Muhammad SAW wajib hukumnya untuk mentauladani Beliau dengan segala aspek kehidupannya agar kita semua mendapat Ridho dari Maha Pencipta yaitu Allah SWT. Amin.